Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia
Program Studi
D-III Farmasi
Sekolah Tinggi
Farmasi Borneo Lestari
PRAKTIKUM
2
EKSTRAKSI METABOLIT SEKUNDER
Disusun Oleh :
Nama : Norhayati
NIM : DF14009
Kelompok : 2
Tanggal Praktikum : 22 September 2015
Dikumpul Tanggal : 04
Desember 2015
Nilai :
|
Diketahui,
(Tia Fajar S., A.md. Far)
|
SEKOLAH
TINGGI FARMASI BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2015
PRAKTIKUM 2
EKSTRAKSI METABOLIT SEKUNDER
I.
TUJUAN
Tujuan dari percobaan
ini adalah :
1) Melakukan penyarian metabolit
sekunder dari simplisia tumbuhan obat dengan beberapa metode ekstraksi.
2) Mahasiswa mampu mengekstrak sampel
tanaman dengan metode maserasi dan perkolasi.
II.
DASAR TEORI
Ekstrak adalah
sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
(Anonim, 1995).
Hal yang penting
dalam teknologi farmasi adalah cara mengekstraksi. Jenis ekstraksi dan cairan
mana yang sebaiknya digunakan sangat tergantung dari kelarutan bahan kandungan
serta stabilitasnya (Voight, 1994).
Metode ekstraksi
dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya
penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh
ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).
Beberapa metode
penyarian antara lain: maserasi, perkolasi dan sokhletasi (Anonim, 1986).
a. Maserasi
Maserasi
merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat
aktif akan larut (Anonim, 1986).
Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada wadah atau bejana yang
bermulut lebar bersama larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana ditutup
rapat kemudian dikocok berulang–ulang sehingga memungkinkan pelarut masuk ke
seluruh permukaan simplisia (Ansel, 1989). Rendaman tersebut disimpan
terlindung dari cahaya langsung (mencegah 6 reaksi yang dikatalisis oleh cahaya
atau perubahan warna). Waktu maserasi pada umumnya 5 hari, setelah waktu
tersebut keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan luar sel telah tercapai. Dengan pengocokan dijamin keseimbangan
konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama
maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif (Voight, 1994).
b. Perkolasi
Perkolasi
adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawah diberi sekat
berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dari sel–sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung
untuk menahan (Anonim, 1986).
Alat
yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Bentuk perkolator ada tiga
macam yaitu perkolator berbentuk tabung, perkolator berbentuk paruh dan
perkolator berbentuk corong (Anonim, 1986).
c. Sokhletasi
Sokhlet
merupakan penyempurna alat ekstraksi. Uap cairan penyari naik ke atas melalui
pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke
labu melalui tabung berisi serbuk simplisia. Adanya sifon, mengakibatkan
seluruh cairan akan kembali ke labu. Cara ini lebih 7 menguntungkan karena uap
panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping (Anonim,
1986).
Pemilihan
cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus
memenuhi kriteria antara lain : murah dan mudah di peroleh, stabil secara
fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah
terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak
mempengaruhi zat berkhasiat, serta diperbolehkan oleh peraturan (Anonim, 1986).
Etanol
Etanol
tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan
obat terlarut. Keuntungan lain, etanol mampu mengendapkan albumin dan
menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi
adalah campuran bahan pelarut yang berlainan, khususnya campuran etanol-air.
Etanol (70%) sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal,
dimana bahan penganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan
pengekstraksi (Voight, 1994).
Farmakope
Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol,
etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih
selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun,
netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim,
1986).
Etanol
dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon,
flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak, malam, tanin dan saponin hanya
sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas.
Untuk meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air.
Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari (Anonim,
1986).
Daun sirsak (Annona
muricata L.)
Sirsak
adalah salah satu tanaman tropis dengan tinggi sekitar 4-5 m yang berdaun
lebar, mengkilap, dan berwarna hijau tua.
Sistematika
daun sirsak adalah sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Sub Divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Bangsa :
Polycarpiceae
Suku : Annonaceae
Marga : Annona
Jenis : Annona muricata L. (Anonim,1990)
Tumbuhan
sirsak (Annona muricata L.) termasuk dalam familia Annonaceae. Daun
sirsak kaya akan metabolit sekunder yang bermanfaat sebagai obat. Masyarakat
memanfaatkan daun sirsak untuk mengobati berbagai macam penyakit, bahkan
rebusan daun sirsak dikatakan dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk
penyakit kanker. (Anonim,1990)
III.
METODE
KERJA
3.1 Alat
a. Gelas Beaker 100ml, 250 ml
Kegunaan :
-
Tempat preparasi zat dalam wujud padat maupun cair.
-
Tempat mereaksikan zat dalam jumlah lebih banyak.
-
Tidak boleh dipakai sebagai alat ukur volume.
Spesifikasi :
-
Terbuat dari bahan kaca atau plastik sintetik.
-
Tersedia dalam berbagai ukuran atas dasar volume.
-
Ada yang tahan panas ada juga tidak.
b. Gelas Ukur 100 ml
Kegunaan :
Mengukur jumalah volume cairan.
Spesifikasi :
-
Terbuat dari bahan kaca atau plastik sintetik.
-
Tersedia dalam berbagai ukuran.
-
Ada yang tahan panas ada juga tidak.
-
Tidak terlampau akurat untuk skala analitik.
c.
Neraca Analitik
Kegunaan : Mengukur massa suatu zat baik padat maupun
cair.
Spesifikasi :
Memiliki warna yang beragam.
d.
Batang Pengaduk
Kegunaan : Untuk mengaduk larutan zat kimia dalam gelas.
Spesifikasi :
-
Batang pengaduk terbuat dari kaca tahan panas.
-
Ujung batang pengaduk berbentuk bulat dan pipih.
-
Panjang pengaduk minimal 15 cm.
e.
Alumunium Foil
Kegunaan : Untuk
membungkus alat gelas.
f.
Kertas Saring
Kegunaan : Memisahkan
partikel antara zat terlarut dengan zat padat.
Spesifikasi :
-
Memiliki berbagai ukuran pori dan bahan baku yang
berbeda-beda.
g.
Perkolator
Kegunaan :
Mengembunkan uap penyari.
Spesifikasi : Terbuat
dari gelas atau logam.
h. Evaporator
Kegunaan :
-
Untuk memekatkan ekstrak cair.
-
Untuk pemekatan bahan cair.
-
Mengurangi kadar air tanpa merusak nutrisi bahan.
Spesifikasi :
-
Tabung evaporasi terbuat dari plat SS 2 mm dof.
-
Unit pengaduk terbuat dari stainless steel.
-
Kondensor terbuat dari plat stainless steel.
-
Balance.
-
Panel box, automatic thermocontrol, lampu.
-
Pompa vacuum.
-
Manometer vacuum.
-
Motor listrik.
-
Speed reducer.
-
Tabung kondensat.
i.
Corong Bucher
Kegunaan : Menyaring larutan dengan bantuan pompa vacuum.
j.
Corong Gelas :
Kegunaan :
-
Memindahkan dan memasukkan larutan dari satu tempat ketempat
lain terutama yang bermulut kecil.
-
Untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saring
diatasnya.
h.
Erlenmeyer 250 ml
Kegunaan :
-
Menempatkan bahan kimia yang akan dititrasi, dan media
pertumbuhan mikroorganisme serta media campuran larutan.
Spesifikasi :
-
Terbuat dari kaca borosilikat sehingga mereka dapat
dipanaskan diatas api.
-
Berbentuk bulat dan kerucut dibagian atasnya.
-
Disatu sisi ada tanda untuk menunjukkan ukuran volume isi
dan memiliki spot yang dapat diberi label.
-
Leher dan mulut borol yang sempit pada erlenmeyer bertujuan
agar mudah dipegang, mengurangi penguapan dan dapat ditutup dengan mudah.
-
Dasar permukaannya yang rata membuatnya fleksible diletakkan
dimana saja.
3.2
Bahan
a. Annona
muricata Folium
(Daun Sirsak)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub
Divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Polycarpiceae
Suku
: Annonaceae
Marga
: Annona
Jenis : Annona muricata L
b.
Etanol 95% (Ditjen POM, FI IV : 63)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Sinonim : Etanol, Etil Alkohol
Rumus
Molekul : C2H6O
Berat
Molekul : 46,07
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Pelarut
IV.
PROSEDUR
KERJA
a)
Metode Maserasi
1.
Menimbang simplisia untuk dilakukan metode maserasi sebanyak
20 gram.
2.
Masukkan ke dalam gelas beaker 250 ml.
3.
Siapkan pelarut untuk metode maserasi etanol 95% sebanyak
200 ml.
4.
Tambahkan ke dalam gelas beaker.
5.
Tutup rapat gelas beaker dengan alumunium foil.
6.
Simpan ditempat yang gelap selama 5 hari (PH Belanda) atau 3
hari (MMI).
7.
Ganti pelarut maserasi setiap 24 jam sekali (Remaserasi).
8.
Setelah itu ambil 100ml maserat lalu dimasukkan ke dalam
mesin evaporator pada suhu 800C selama 15 menit
b)
Metode perkolasi
1.
Menimbang simplisia untuk dilakukan metode perkolasi
sebanyak 50 gram.
2.
Siapkan pelarut untuk metode perkolasi etanol 95% sebanyak
1000 ml.
3.
Siapkan alat perkolator yang telah dilapisi kertas saring.
4.
Setelah itu ambil 100 ml hasil dari metode perkolasi dan
dimasukkan ke dalam mesin evaporator pada suhu 800C selama 15 menit.
V.
HASIL
1) Maserasi
Berat sampel : 20 g
Volume Pelarut : Etanol 95% 200 ml
2) Perkolasi
Berat sampel : 50 g
Volume Pelarut : Etanol 95% 1000 ml
Randemen Ekstrak Maserasi = 100 gr x 100%
= 66,66 %
150 gram
Randemen
Ekstrak Perkolasi = 500 gr x 100% = 333,33 %
150 gram
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini melakukan
praktikum ekstraksi metabolit sekunder yang bertujuan untuk melakukan penyarian
metabolit sekunder dari simplisia tumbuhan obat dengan beberapa metode
ekstraksi dan mahasiswa mampu mengekstrak sampel tanaman dengan metode maserasi
dan perkolasi.
Maserasi
merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat
aktif akan larut (Anonim, 1986).
Perkolasi
adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawah diberi sekat
berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dari sel–sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung
untuk menahan (Anonim, 1986).
Dalam hal
ini pelarut yang digunakan untuk metode ini adalah etanol 95%. Seperi yang kita
ketahui bahwa pelarut etanol ini merupakan golongan pelarut yang bersifat
polar. Tujuan dari penggunaan pelarut etanol ini dikarenakan sifat etanol yang
universal, dimana dapat menarik senyawa polar, semi polar maupun non-polar.
Proses
maserasi dan perkolasi disimpan ditempat yang gelap dan tertutup rapat.
Maserasi dilakukan selama 5 hari menurut PH Belanda ataupun3 hari saja menurut
MMI. Namun dilakukan proses remaserasi setiap 24 jam sekali.
Metode
Maserasi menimbang simplisia daun sirsak yang kering untuk dilakukan metode
maserasi sebanyak 20 gram, memasukkan ke dalam gelas beaker 250 ml, menyiapkan
pelarut untuk metode maserasi etanol 95% sebanyak 200 ml.menambahkan ke dalam
gelas beaker, menutup rapat gelas beaker dengan alumunium foil, menyimpan
ditempat yang gelap selama 5 hari (PH Belanda) atau 3 hari (MMI), mengganti
pelarut maserasi setiap 24 jam sekali (Remaserasi), mengambil 100 ml maserat
lalu dimasukkan ke dalam mesin evaporator pada suhu 800C selama 15
menit
Metode perkolasi
menimbang simplisia daun sirsak yang kering untuk dilakukan metode perkolasi
sebanyak 50 gram, menyiapkan pelarut untuk metode perkolasi etanol 95% sebanyak
1000 ml, menyiapkan alat perkolator yang telah dilapisi kertas saring, setelah
itu ambil 100 ml hasil dari metode perkolasi dan dimasukkan ke dalam mesin
evaporator pada suhu 800C selama 15 menit.
Keuntungan dari perkolasi yaitu Tidak terjadi kejenuhan dan pengaliran
meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti
terdorong untuk keluar dari sel). Sedangkan kerugian dari perkolasi yaitu
cairan penyari lebih banyak resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena
dilakukan secara terbuka.
VII.
KESIMPULAN
1. Maserasi
merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
2. Perkolasi
adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi.
3. Randemen
Ekstrak Maserasi yaitu 66,66 %
4. Randemen
Ekstrak Perkolasi yaitu 333,33 %
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel,H.C.1989.pengantar bentuk sediaan farmasi.jakarta:UI
Press
Anonim.1986.Sediaan Galenik .Dep Kes.R.I.Jakarta
Anonim, 1995. Farmakope
Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta : Depkes RI.
Anonim.1990.Materia Medika Indonesia Jilid I-VI,
Dep. Kes. R.I.Jakarta.
Anonim.1990.Cara Pembuatan Simplisia.Dep. Kes. R.I.Jakarta.
R. Voigt. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi,Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press