Rabu, 16 Desember 2015

EKSTRAKSI METABOLIT SEKUNDER



Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Program Studi D-III Farmasi
Sekolah Tinggi Farmasi Borneo Lestari


PRAKTIKUM 2
EKSTRAKSI METABOLIT SEKUNDER



  
Disusun Oleh :
Nama              : Norhayati
NIM                 : DF14009
Kelompok      : 2

Tanggal Praktikum : 22 September 2015
Dikumpul Tanggal  : 04 Desember 2015
Nilai                          :
Diketahui,



(Tia Fajar S., A.md. Far)

SEKOLAH TINGGI FARMASI BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2015


 
PRAKTIKUM 2
EKSTRAKSI METABOLIT SEKUNDER

I.          TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1)      Melakukan penyarian metabolit sekunder dari simplisia tumbuhan obat dengan beberapa metode ekstraksi.
2)      Mahasiswa mampu mengekstrak sampel tanaman dengan metode maserasi dan perkolasi.

II.          DASAR TEORI
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
(Anonim, 1995).
Hal yang penting dalam teknologi farmasi adalah cara mengekstraksi. Jenis ekstraksi dan cairan mana yang sebaiknya digunakan sangat tergantung dari kelarutan bahan kandungan serta stabilitasnya (Voight, 1994).
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).
Beberapa metode penyarian antara lain: maserasi, perkolasi dan sokhletasi (Anonim, 1986).
a.    Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut (Anonim, 1986).
Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar bersama larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat kemudian dikocok berulang–ulang sehingga memungkinkan pelarut masuk ke seluruh permukaan simplisia (Ansel, 1989). Rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah 6 reaksi yang dikatalisis oleh cahaya atau perubahan warna). Waktu maserasi pada umumnya 5 hari, setelah waktu tersebut keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar sel telah tercapai. Dengan pengocokan dijamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif (Voight, 1994).
b.    Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawah diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dari sel–sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Bentuk perkolator ada tiga macam yaitu perkolator berbentuk tabung, perkolator berbentuk paruh dan perkolator berbentuk corong (Anonim, 1986).
c.    Sokhletasi
Sokhlet merupakan penyempurna alat ekstraksi. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung berisi serbuk simplisia. Adanya sifon, mengakibatkan seluruh cairan akan kembali ke labu. Cara ini lebih 7 menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping (Anonim, 1986).
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria antara lain : murah dan mudah di peroleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat, serta diperbolehkan oleh peraturan (Anonim, 1986).
Etanol
Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lain, etanol mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan, khususnya campuran etanol-air. Etanol (70%) sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan penganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi (Voight, 1994).
Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim, 1986).
Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak, malam, tanin dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas. Untuk meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari (Anonim, 1986).

Daun sirsak (Annona muricata L.)
Sirsak adalah salah satu tanaman tropis dengan tinggi sekitar 4-5 m yang berdaun lebar, mengkilap, dan berwarna hijau tua.
Sistematika daun sirsak adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Polycarpiceae
Suku : Annonaceae
Marga : Annona
Jenis : Annona muricata L. (Anonim,1990)
Tumbuhan sirsak (Annona muricata L.) termasuk dalam familia Annonaceae. Daun sirsak kaya akan metabolit sekunder yang bermanfaat sebagai obat. Masyarakat memanfaatkan daun sirsak untuk mengobati berbagai macam penyakit, bahkan rebusan daun sirsak dikatakan dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk penyakit kanker. (Anonim,1990)

III.          METODE KERJA
3.1  Alat
a.  Gelas Beaker 100ml, 250 ml
Kegunaan :
-          Tempat preparasi zat dalam wujud padat maupun cair.
-          Tempat mereaksikan zat dalam jumlah lebih banyak.
-          Tidak boleh dipakai sebagai alat ukur volume.
   Spesifikasi :        
-          Terbuat dari bahan kaca atau plastik sintetik.
-          Tersedia dalam berbagai ukuran atas dasar volume.
-          Ada yang tahan panas ada juga tidak.

b. Gelas Ukur 100 ml
Kegunaan             : Mengukur jumalah volume cairan.
Spesifikasi :
-          Terbuat dari bahan kaca atau plastik sintetik.
-          Tersedia dalam berbagai ukuran.
-          Ada yang tahan panas ada juga tidak.
-          Tidak terlampau akurat untuk skala analitik.

c.    Neraca Analitik
  Kegunaan : Mengukur massa suatu zat baik padat maupun cair.
  Spesifikasi : Memiliki warna yang beragam.

d.   Batang Pengaduk
  Kegunaan : Untuk mengaduk larutan zat kimia dalam gelas.
  Spesifikasi :
-          Batang pengaduk terbuat dari kaca tahan panas.
-          Ujung batang pengaduk berbentuk bulat dan pipih.
-          Panjang pengaduk minimal 15 cm.


e.    Alumunium Foil
Kegunaan   : Untuk membungkus alat gelas.

f.     Kertas Saring
Kegunaan   : Memisahkan partikel antara zat terlarut dengan zat padat.
Spesifikasi  :
-          Memiliki berbagai ukuran pori dan bahan baku yang berbeda-beda.

g.    Perkolator
Kegunaan   : Mengembunkan uap penyari.
Spesifikasi  : Terbuat dari gelas atau logam.

h. Evaporator
Kegunaan   :
-          Untuk memekatkan ekstrak cair.
-          Untuk pemekatan bahan cair.
-          Mengurangi kadar air tanpa merusak nutrisi bahan.
Spesifikasi :
-          Tabung evaporasi terbuat dari plat SS 2 mm dof.
-          Unit pengaduk terbuat dari stainless steel.
-          Kondensor terbuat dari plat stainless steel.
-          Balance.
-          Panel box, automatic thermocontrol, lampu.
-          Pompa vacuum.
-          Manometer vacuum.
-          Motor listrik.
-          Speed reducer.
-          Tabung kondensat.

i.        Corong Bucher
Kegunaan : Menyaring larutan dengan bantuan pompa vacuum.

j.        Corong Gelas :
Kegunaan  :
-          Memindahkan dan memasukkan larutan dari satu tempat ketempat lain terutama yang bermulut kecil.
-          Untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saring diatasnya.

h.         Erlenmeyer 250 ml
Kegunaan :
-          Menempatkan bahan kimia yang akan dititrasi, dan media pertumbuhan mikroorganisme serta media campuran larutan.
Spesifikasi :
-          Terbuat dari kaca borosilikat sehingga mereka dapat dipanaskan diatas api.
-          Berbentuk bulat dan kerucut dibagian atasnya.
-          Disatu sisi ada tanda untuk menunjukkan ukuran volume isi dan memiliki spot yang dapat diberi label.
-          Leher dan mulut borol yang sempit pada erlenmeyer bertujuan agar mudah dipegang, mengurangi penguapan dan dapat ditutup dengan mudah.
-          Dasar permukaannya yang rata membuatnya fleksible diletakkan dimana saja.

3.2 Bahan
a.       Annona muricata Folium (Daun Sirsak)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Polycarpiceae
Suku : Annonaceae
Marga : Annona
Jenis : Annona muricata L

b.      Etanol 95% (Ditjen POM, FI IV : 63)
Nama Resmi                : AETHANOLUM
Sinonim                       : Etanol, Etil Alkohol
Rumus Molekul           : C2H6O
Berat Molekul             : 46,07
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    : Sebagai Pelarut

IV.          PROSEDUR KERJA
a)      Metode Maserasi
1.      Menimbang simplisia untuk dilakukan metode maserasi sebanyak 20 gram.
2.      Masukkan ke dalam gelas beaker 250 ml.
3.      Siapkan pelarut untuk metode maserasi etanol 95% sebanyak 200 ml.
4.      Tambahkan ke dalam gelas beaker.
5.      Tutup rapat gelas beaker dengan alumunium foil.
6.      Simpan ditempat yang gelap selama 5 hari (PH Belanda) atau 3 hari (MMI).
7.      Ganti pelarut maserasi setiap 24 jam sekali (Remaserasi).
8.      Setelah itu ambil 100ml maserat lalu dimasukkan ke dalam mesin evaporator pada suhu 800C selama 15 menit
b)      Metode perkolasi
1.         Menimbang simplisia untuk dilakukan metode perkolasi sebanyak 50 gram.
2.         Siapkan pelarut untuk metode perkolasi etanol 95% sebanyak 1000 ml.
3.         Siapkan alat perkolator yang telah dilapisi kertas saring.
4.         Setelah itu ambil 100 ml hasil dari metode perkolasi dan dimasukkan ke dalam mesin evaporator pada suhu 800C selama 15 menit.

V.          HASIL
1)      Maserasi
Berat sampel               : 20 g
Volume Pelarut           : Etanol 95% 200 ml
2)      Perkolasi
Berat sampel               : 50 g
Volume Pelarut           : Etanol 95% 1000 ml

            Randemen Ekstrak Maserasi = 100 gr  x 100%  = 66,66 %
                                                                150 gram
Randemen Ekstrak Perkolasi = 500 gr  x 100%  = 333,33 %
                                                                150 gram

VI.          PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini melakukan praktikum ekstraksi metabolit sekunder yang bertujuan untuk melakukan penyarian metabolit sekunder dari simplisia tumbuhan obat dengan beberapa metode ekstraksi dan mahasiswa mampu mengekstrak sampel tanaman dengan metode maserasi dan perkolasi.
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut (Anonim, 1986).
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawah diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dari sel–sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986).
Dalam hal ini pelarut yang digunakan untuk metode ini adalah etanol 95%. Seperi yang kita ketahui bahwa pelarut etanol ini merupakan golongan pelarut yang bersifat polar. Tujuan dari penggunaan pelarut etanol ini dikarenakan sifat etanol yang universal, dimana dapat menarik senyawa polar, semi polar maupun non-polar.
Proses maserasi dan perkolasi disimpan ditempat yang gelap dan tertutup rapat. Maserasi dilakukan selama 5 hari menurut PH Belanda ataupun3 hari saja menurut MMI. Namun dilakukan proses remaserasi setiap 24 jam sekali.
Metode Maserasi menimbang simplisia daun sirsak yang kering untuk dilakukan metode maserasi sebanyak 20 gram, memasukkan ke dalam gelas beaker 250 ml, menyiapkan pelarut untuk metode maserasi etanol 95% sebanyak 200 ml.menambahkan ke dalam gelas beaker, menutup rapat gelas beaker dengan alumunium foil, menyimpan ditempat yang gelap selama 5 hari (PH Belanda) atau 3 hari (MMI), mengganti pelarut maserasi setiap 24 jam sekali (Remaserasi), mengambil 100 ml maserat lalu dimasukkan ke dalam mesin evaporator pada suhu 800C selama 15 menit
Metode perkolasi menimbang simplisia daun sirsak yang kering untuk dilakukan metode perkolasi sebanyak 50 gram, menyiapkan pelarut untuk metode perkolasi etanol 95% sebanyak 1000 ml, menyiapkan alat perkolator yang telah dilapisi kertas saring, setelah itu ambil 100 ml hasil dari metode perkolasi dan dimasukkan ke dalam mesin evaporator pada suhu 800C selama 15 menit.
            Keuntungan dari perkolasi yaitu Tidak terjadi kejenuhan dan pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel). Sedangkan kerugian dari perkolasi yaitu cairan penyari lebih banyak resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka.

VII.          KESIMPULAN
1.      Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
2.      Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
3.      Randemen Ekstrak Maserasi yaitu 66,66 %
4.      Randemen Ekstrak Perkolasi yaitu  333,33 %

VIII.          DAFTAR PUSTAKA
Ansel,H.C.1989.pengantar bentuk sediaan farmasi.jakarta:UI Press
Anonim.1986.Sediaan Galenik .Dep Kes.R.I.Jakarta
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta : Depkes RI.
Anonim.1990.Materia Medika Indonesia Jilid I-VI, Dep. Kes. R.I.Jakarta.
Anonim.1990.Cara Pembuatan Simplisia.Dep. Kes. R.I.Jakarta.
R. Voigt. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi,Yogyakarta : Gadjah Mada University Press




Tidak ada komentar:

Posting Komentar