Rabu, 16 Desember 2015

SIMPLISIA



Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Program Studi D-III Farmasi
Sekolah Tinggi Farmasi Borneo Lestari


PRAKTIKUM 1
SIMPLISIA





Disusun Oleh :
Nama              : Norhayati
NIM                 : DF14009
Kelompok      : 2

Tanggal Praktikum : 22 September 2015
Dikumpul Tanggal  : 04 Desember 2015
Nilai                          :
Diketahui,



(Tia Fajar S., A.md. Far)

SEKOLAH TINGGI FARMASI BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2015



PRAKTIKUM 1
SIMPLISIA

I.          TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1)      Mahasiswa mampu melakukan proses tahapan persiapan sampel tanaman.
2)      Mahasiswa dapat memahami konsep dari persiapan sampel tanaman yang baik dan benar.

II.          DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berasal dari tumbuhan liar atau tanaman yang dibudidaya. Metode yang digunakan dalam produksi untuk setiap jenis simplisia sangat tergantung dari faktor ekonomi. Ini dapat disarankan untuk mengumpulkan bahan simplisia dari tumbuhan liar, jika di alam banyak terdapat dan biayanya  rendah, sebaliknya di alam langka dan beaya tinggi maka perlu untuk dibudidaya. Misalnya di Meksiko, umbi Dioscorea spp. Dikumpulkan dari tumbuhan liar, sedangkan di Eropa daun digitalis diproduksi dengan budidaya. Selain faktor ekonomi, pemilihan metode produksi simplisia juga tergantung dari faktor Iingkungan. Suatu permintaan yang tinggi simplisia yang dikumpulkan dari tumbuhan liar akan berakibat tumbuhan itu akan menjadi Iangka atau bahkan terancam kepunahan. Contoh yang mutakhir adalah ditemukannya obat   kanker, yaitu paklitaksel atau turunan taxol dari kulit batang Taxus brevifolia, suatu tumbuhan kecil yang berasal dari Amerika Utara bagian barat. Di masa mendatang untuk simplisia yang banyak diminta dan alasan faktor lingkungan serta kualitas yang seragam (terstandardisasi) maka langkah budidaya sangat diperlukan. Obat akan dikumpulkan atau dibudidaya di seluruh dunia. (Anonim, 1990)


a)      Budidaya tanaman obat.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara cara budidaya (cultivation) tanaman obat dan tanaman hortikultura dan pertanian Iainnya. Beberapa faedah dari budidaya tanaman obat dari pada pengumpulan dari tumbuhan liar. Kondisi tanah, keteduhan, kelembaban, penyakit tanaman dapat diawasi. Pemanenan lebih menjamin keseragaman tahap perkembangan dan tumbuh bersama pada Iuas tanah yang terbatas. Hal ini memudahkan penanganan bahan pada tahap penanganan pasca panen. Pengeringan harus dilakukan secepatnya dan efisien, sehingga kandungan aktif farmakologik tidak berubah. Semua faktor tersebut akan menjamin dihasilkannya simplisia yang berkualitas tinggi serta seragam.
b)     Iklim.
Suhu, curah hujan, jam kena cahaya, dan tinggi tanah merupakan faktor iklim yang sangat penting untuk perkembangan tumbuhan. Pada umumnya tumbuhan tidak tahan terhadap perubahan iklim yang mendadak, tetapi sangat cocok dengan iklim yang sesuai pada waktu tumbuhan itu ditemukan tumbuh subur.
c)      Tanah
Tinggi-rendah pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan tumbuhan, hal ini sangat tergantung atas kandungan alkali. Tanah yang kaya humus dan kandungan alkali rendah, maka tanah itu bersifat asam, sedangkan kandungan alkali tinggi mengakibatkan pH tinggi. Berbagai sifat tanah mirip dengan berbagai faktor iklim dan tumbuhan akan menyesuaikan untuk tumbuh pada tipe tanah berbeda. Akan tetapi, kebanyakan tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada tanah yang netral, kaya humus, dan komposisi tanah terdiri dari partikel halus dan hebih kasar, sehingga terjadi kombinasi yang baik antara kemampuan mengikat air dan permeabilitas udara.
d)     Pengairan
Untuk berkembang baik tumbuhan memerlukan air yang cukup. Apabila curah hujan rendah maka tanah pertanian perlu diairi, dengan cara lewat pematang atau langsung disirami. Ketersediaan air yang baik dan cukup merupakan kunci keberhasilan budidaya tanaman obat. (Depkes,1985)

1)      Pengumpulan dan pemanenan tumbuhan obat
Berdasarkan Permenkes 659/MENKES/SK/X/1991 mengenai Cara Pembuatan Obat Tradisonal yang Baik (CPOTB) yang memiliki landasan umum, bahwa obat tradisional diperlukan masyarakat untuk memelihara kesehatan, untuk mengobati gangguan kesehatan serta memulihkan kesehatan. Untuk mencapai itu perlu dilakukan langkah-langkah agar obat tradisional yang dihasilkan aman (safety), bermanfaat (efficacy), dan bermutu (quality). Disebutkan pula bahwa keamanan obat tradisional sangat tergantung pada bahan baku, bangunan, prosedur dan pelaksanaan proses pembuatan, peralatan, pengemas, serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional. CPOTB merupakan cara pembuatan obat tradisional dengan pengawasan menyeluruh atau terpadu dan bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang selalu memenuhi persyaratan yang berlaku.
2)      Penyiapan simplisia
Dalam penyiapan atau pembuatan simplisia, tahapan yang perlu diperhatikan adalah (1) bahan baku simplisia, (2) proses pembuatan simplisia, dan (3) cara pengepakan/pengemasan dan penyimpanan simplisia.
1)      Proses Pembuatan Simplisia
Setelah dilakukan pemanenan bahan baku simplisia, maka tahapan penanganan pasca panen adalah sebagai berikut.
a)      Sortasi basah.
 Tahap ini perlu dilakukan karena bahan baku simplisia harus benar dan murni, artinya berasal dari tanaman yang merupakan bahan baku simplisia yang dimaksud, bukan dari tanaman lain. Dalam kaitannya dengan ini, perlu dilakukan pemisahan dan pembuangan bahan organik asing atau tumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan tanah, kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga atau bagiannya).
b)      Pencucian.
Pencucian seyogyanya jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya berat. Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng (PAM). Setelah dicuci ditiriskan agar kelebihan air cucian mengalir. Ke dalam air untuk mencuci dapat dilarutkan kalium permanganat seperdelapan ribu, hal ini dilakukan untuk menekan angka kuman dan dilakukan untuk pencucian rimpang.
c)      Perajangan.
 Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan mesin perajang singkong dengan ketebalan yang sesuai. Apabila terlalu tebal maka proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat membusuk atau berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan kimia karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang digunakan sebaiknya bukan dan besi (misalnya “stainless steel” eteu baja nirkarat).
d)     Pengeringan.
Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari teruainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di bawah sinar matahari langsung, melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. Agar proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata dan tidak bertumpuk. Ditekankan di sini bahwa cara pengeringan diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak kandungan aktifnya.
e)      Sortasi kering.
 Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak karena sebagai akibat proses sebelumnya.
f)        Pengepakan dan penyimpanan.
Bahan pengepak harus sesuai dengan simplisia yang dipakai. Bahan pengepak yang baik adalah karung goni atau karung plastik. Simplisia yang ditempatkan dalam karung goni atau karung plastik praktis cara penyimpanannya, yaitu dengan ditumpuk. Selain itu, cara menghandelnya juga mudah serta cukup menjamin dan melindungi simplisia di dalamnya. Pengepak lainnya digunakan menurut keperluannya. Pengepak yang dibuat dari aluminium atau kaleng dan seng mudah melapuk, sehingga perlu dilapisi dengan plastik atau malam atau yang sejenis dengan itu. Penyimpanan harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan pemeliharaannya. Simplisia yang disimpan harus diberi label yang mencantumkan identitas, kondisi, jumlah, mutu, dan cara penyimpanannya. Adapun tempat atau gudang penyimpanan harus memenuhi syarat antara lain harus bersih, tentutup, sirkulasi udara baik, tidak lembab, penerangan cukup bila diperlukan, sinar matahari tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang, konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga serangga atau tikus tidak dapat Ieluasa masuk, tidak mudah kebanjiran serta terdapat alas dari kayu yang baik (hati-hati karena balok kayu sangat disukai rayap) atau bahan lain untuk meletakkan simplisia yang sudah dipakai tadi. (Anonim,1992)
Daun sirsak (Annona muricata L.)
Sirsak adalah salah satu tanaman tropis dengan tinggi sekitar 4-5 m yang berdaun lebar, mengkilap, dan berwarna hijau tua.
Sistematika daun sirsak adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Polycarpiceae
Suku : Annonaceae
Marga : Annona
Jenis : Annona muricata L. (Anonim,1990)
Tumbuhan sirsak (Annona muricata L.) termasuk dalam familia Annonaceae. Daun sirsak kaya akan metabolit sekunder yang bermanfaat sebagai obat. Masyarakat memanfaatkan daun sirsak untuk mengobati berbagai macam penyakit, bahkan rebusan daun sirsak dikatakan dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk penyakit kanker.

III.          METODE KERJA
3.1 Alat
a.         Baskom
Kegunaan : Untuk membersihkan bagian (Daun Sirsak)
Spesifikasi : tersedia dalam berbagai ukuran.
b.         Gunting
Kegunaan : untuk memotong bahan simplisia.
c.         Pot salep
Kegunaan : untuk menyimpan simplisia.
Spesifikasi : tersedia dalam berbagai ukuran, terbuat dari plastik.
d.        Neraca analitik
Kegunaan : untuk mengukur massa suatu zat baik padat maupun cair.
Spesifikasi : memiliki warna yang beragam.

3.2 Bahan
a.       Annona muricata Folium (Daun Sirsak)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Polycarpiceae
Suku : Annonaceae
Marga : Annona
Jenis : Annona muricata L

IV.          PROSEDUR KERJA
Persiapan sampel tanaman :
1.      Pengumpulan bahan baku Annona muricata Folium (Daun Sirsak)
2.      Sortasi Basah : Untuk memisahkan kotoran atau bahan asing dari bahan simplisia Annona muricata Folium (Daun Sirsak)
3.      Pencucian : Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada Annona muricata Folium (Daun Sirsak) dibersihkan di baskom menggunakan air bersih.
4.      Perajangan : Bagian tanaman Annona muricata Folium (Daun Sirsak)  dipotong kecil-kecil menggunakan gunting atau cutter agar memudahkan dalam pengeringan.
5.      Pengeringan : Pengeringan Annona muricata Folium (Daun Sirsak) yang telah dirajang dilakukan kurang lebih selama 2 hari dilakukan dibawah sinar matahari ditutup dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. (Tujuannya agar kadar air berkurang dan dapat disimpan lebih lama).
6.      Sortasi Kering : Untuk memindahkan benda asing dan pengotor lainnya yang masih tertinggal di simplisia Annona muricata Folium (Daun Sirsak).
7.      Menimbang simplisia Annona muricata Folium (Daun Sirsak) yang sudah dikeringkan .Menghitung susut pengeringan dari Annona muricata Folium (Daun Sirsak).

V.          HASIL





























 

























Berat awal : 150 gram            
Berat akhir : 100,98 gram
Susut pengeringan : 100,98 gram X 100 % = 66,66 %
      150 gram  
VI.          PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan persiapan sampel tanaman dari simplisia Annona muricata Folium (Daun Sirsak). Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1979).
Dalam percobaan persiapan simplisia tanaman ini mula-mula dilakukan pencarian bahan baku yang kemudian dilakukan sortasi basah. Bahan baku ialah simplisia Annona muricata Folium (Daun Sirsak). Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan baku simplisia merupakan faktor yang penting yang perlu diperhatikan.
Proses Pembuatan Simplisia kemudian sortasi basah perlu dilakukan pemisahan dan pembuangan bahan organik asing atau tumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan tanah, kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga atau bagiannya) kemudian lanjut ke proses berikutnya yaitu pencucian jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya berat. Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng. Setelah dicuci ditiriskan agar kelebihan air cucian mengalir yang dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat. Setelah itu dilakukan perajangan terhadap sampel simplisia daun sirsak. Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat, perajangan dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman menjadi bagian yang lebih kecil yang akan memudahkan dalam proses pengeringan. Setelah sampel simplisia daun sirsak dilakukan perajangan, sampel dikeringkan dibawah sinar matahari ditutup dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu selama 2 hari. Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari teruainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Tahapan yang terakhir yaitu sortasi kering, dimana dilakukan pemisahan benda asing dan pengotor lain yang masih tertinggal di simplisia. Simplisia yang telah dikeringkan kemudian ditimbang dengan tujuan agar mengetahui susut pengeringan yang diakibatkan dari proses yang telah diuraikan diatas kemudian proses Penyimpanan harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan pemeliharaannya. Simplisia yang telah dikeringkan akan memudahkan praktikan untuk melakukan tahapan proses selanjutnya yaitu mengekstrak simplisia dengan metode maserasi dan perkolasi

VII.          KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a)      Dalam mempersiapkan sampel tanaman dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, dan sortasi kering, pengemasan,pelabelan, penyimpanan.
b)      Dalam melakukan tahapan- tahapan persiapan sampel tanaman harus diperhatikan persyaratan yang tertera agar tidak merusak kualitas simplisia.


VIII.          DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1990.Materia Medika Indonesia Jilid I-VI, Dep. Kes. R.I.Jakarta.
Anonim.1990.Cara Pembuatan Simplisia.Dep. Kes. R.I.Jakarta.
Anonim.1992.Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Dep. Kes. R.I.
              Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I.1985.Cara Pembuatan Simplisia.Dirwas Obat Tradisional.Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar