Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia
Program Studi
D-III Farmasi
Sekolah Tinggi
Farmasi Borneo Lestari
PRAKTIKUM
1
SIMPLISIA
Disusun Oleh :
Nama : Norhayati
NIM : DF14009
Kelompok : 2
Tanggal Praktikum : 22 September 2015
Dikumpul Tanggal : 04
Desember 2015
Nilai :
|
Diketahui,
(Tia Fajar S., A.md. Far)
|
SEKOLAH
TINGGI FARMASI BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2015
PRAKTIKUM 1
SIMPLISIA
I.
TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1) Mahasiswa
mampu melakukan proses tahapan persiapan sampel tanaman.
2) Mahasiswa
dapat memahami konsep dari persiapan sampel tanaman yang baik dan benar.
II.
DASAR
TEORI
Simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia dapat berasal dari tumbuhan liar atau tanaman yang
dibudidaya. Metode yang
digunakan dalam produksi untuk setiap jenis simplisia sangat tergantung dari
faktor ekonomi. Ini dapat disarankan untuk mengumpulkan bahan simplisia dari
tumbuhan liar, jika di alam banyak terdapat dan biayanya rendah, sebaliknya di alam langka dan beaya
tinggi maka perlu untuk dibudidaya. Misalnya di Meksiko, umbi Dioscorea
spp. Dikumpulkan dari tumbuhan liar, sedangkan di Eropa daun digitalis
diproduksi dengan budidaya. Selain faktor ekonomi, pemilihan metode produksi
simplisia juga tergantung dari faktor Iingkungan. Suatu permintaan yang tinggi
simplisia yang dikumpulkan dari tumbuhan liar akan berakibat tumbuhan itu akan
menjadi Iangka atau bahkan terancam kepunahan. Contoh yang mutakhir adalah
ditemukannya obat kanker, yaitu
paklitaksel atau turunan taxol dari
kulit batang Taxus brevifolia, suatu tumbuhan kecil yang
berasal dari Amerika Utara bagian barat. Di masa mendatang untuk simplisia yang
banyak diminta dan alasan faktor lingkungan serta kualitas yang seragam
(terstandardisasi) maka langkah budidaya sangat diperlukan. Obat akan
dikumpulkan atau dibudidaya di seluruh dunia. (Anonim, 1990)
a)
Budidaya tanaman obat.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara cara budidaya (cultivation)
tanaman obat dan tanaman hortikultura dan pertanian Iainnya. Beberapa
faedah dari budidaya tanaman obat dari pada pengumpulan dari tumbuhan liar.
Kondisi tanah, keteduhan, kelembaban, penyakit tanaman dapat diawasi. Pemanenan
lebih menjamin keseragaman tahap perkembangan dan tumbuh bersama pada Iuas
tanah yang terbatas. Hal ini memudahkan penanganan bahan pada tahap penanganan
pasca panen. Pengeringan harus dilakukan secepatnya dan efisien, sehingga
kandungan aktif farmakologik tidak berubah. Semua faktor tersebut akan menjamin
dihasilkannya simplisia yang berkualitas tinggi serta seragam.
b)
Iklim.
Suhu, curah hujan, jam kena cahaya, dan tinggi tanah
merupakan faktor iklim yang sangat penting untuk perkembangan tumbuhan. Pada
umumnya tumbuhan tidak tahan terhadap perubahan iklim yang mendadak, tetapi
sangat cocok dengan iklim yang sesuai pada waktu tumbuhan itu ditemukan tumbuh
subur.
c)
Tanah
Tinggi-rendah pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan
tumbuhan, hal ini sangat tergantung atas kandungan alkali. Tanah yang kaya
humus dan kandungan alkali rendah, maka tanah itu bersifat asam, sedangkan
kandungan alkali tinggi mengakibatkan pH tinggi. Berbagai sifat tanah mirip
dengan berbagai faktor iklim dan tumbuhan akan menyesuaikan untuk tumbuh pada
tipe tanah berbeda. Akan tetapi, kebanyakan tumbuhan akan tumbuh dengan baik
pada tanah yang netral, kaya humus, dan komposisi tanah terdiri dari partikel
halus dan hebih kasar, sehingga terjadi kombinasi yang baik antara kemampuan
mengikat air dan permeabilitas udara.
d)
Pengairan
Untuk berkembang baik tumbuhan memerlukan air yang cukup.
Apabila curah hujan rendah maka tanah pertanian perlu diairi, dengan cara lewat
pematang atau langsung disirami. Ketersediaan air yang baik dan cukup merupakan
kunci keberhasilan budidaya tanaman obat. (Depkes,1985)
1)
Pengumpulan
dan pemanenan tumbuhan obat
Berdasarkan
Permenkes 659/MENKES/SK/X/1991 mengenai Cara Pembuatan Obat Tradisonal yang Baik (CPOTB) yang
memiliki landasan umum, bahwa obat tradisional diperlukan masyarakat untuk
memelihara kesehatan, untuk mengobati gangguan kesehatan serta memulihkan
kesehatan. Untuk mencapai itu perlu dilakukan langkah-langkah agar obat
tradisional yang dihasilkan aman
(safety), bermanfaat (efficacy),
dan bermutu (quality). Disebutkan
pula bahwa keamanan obat tradisional sangat tergantung pada bahan baku, bangunan, prosedur dan
pelaksanaan proses pembuatan, peralatan, pengemas, serta personalia yang
terlibat dalam pembuatan obat tradisional. CPOTB merupakan cara pembuatan obat
tradisional dengan pengawasan menyeluruh atau terpadu dan bertujuan untuk
menyediakan obat tradisional yang selalu memenuhi persyaratan yang berlaku.
2)
Penyiapan
simplisia
Dalam penyiapan atau pembuatan simplisia, tahapan yang
perlu diperhatikan adalah (1) bahan baku simplisia, (2) proses pembuatan
simplisia, dan (3) cara pengepakan/pengemasan dan penyimpanan simplisia.
1)
Proses
Pembuatan Simplisia
Setelah dilakukan pemanenan bahan baku simplisia, maka
tahapan penanganan pasca panen adalah sebagai berikut.
a)
Sortasi basah.
Tahap ini perlu dilakukan karena bahan baku simplisia harus benar dan murni, artinya berasal dari tanaman yang merupakan
bahan baku simplisia yang dimaksud, bukan dari tanaman lain. Dalam kaitannya
dengan ini, perlu dilakukan pemisahan dan pembuangan bahan organik asing atau
tumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku simplisia juga
harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan tanah, kerikil, atau
pengotor lainnya (misalnya serangga atau bagiannya).
b)
Pencucian.
Pencucian seyogyanya jangan menggunakan air sungai,
karena cemarannya berat. Sebaiknya digunakan air dari mata air,
sumur, atau air ledeng (PAM). Setelah dicuci ditiriskan agar kelebihan air
cucian mengalir. Ke dalam air untuk mencuci dapat dilarutkan kalium permanganat
seperdelapan ribu, hal ini dilakukan untuk menekan angka kuman dan dilakukan
untuk pencucian rimpang.
c)
Perajangan.
Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses pengeringan
berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan mesin
perajang singkong dengan ketebalan yang sesuai. Apabila terlalu tebal maka
proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat membusuk atau
berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan kimia
karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang digunakan sebaiknya
bukan dan besi (misalnya “stainless steel” eteu baja nirkarat).
d)
Pengeringan.
Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia
sehingga simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan
menghindari teruainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang
cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Menurut
persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih
dari 10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia
Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di
bawah sinar matahari langsung, melainkan dengan almari pengering yang
dilengkapi dengan kipas penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik.
Bila terpaksa dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup
dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. Agar
proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata dan tidak
bertumpuk. Ditekankan di sini bahwa cara pengeringan diupayakan sedemikian rupa
sehingga tidak merusak kandungan aktifnya.
e)
Sortasi kering.
Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi
untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak karena
sebagai akibat proses sebelumnya.
f)
Pengepakan dan penyimpanan.
Bahan pengepak harus sesuai dengan simplisia yang dipakai.
Bahan pengepak yang baik adalah karung goni atau karung plastik. Simplisia yang
ditempatkan dalam karung goni atau karung plastik praktis cara penyimpanannya,
yaitu dengan ditumpuk. Selain itu, cara menghandelnya juga mudah serta cukup
menjamin dan melindungi simplisia di dalamnya. Pengepak lainnya digunakan
menurut keperluannya. Pengepak yang dibuat dari aluminium atau kaleng dan seng
mudah melapuk, sehingga perlu dilapisi dengan plastik atau malam atau yang
sejenis dengan itu. Penyimpanan
harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling mencemari satu
sama lain, serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan
pemeliharaannya. Simplisia yang disimpan harus diberi label yang mencantumkan
identitas, kondisi, jumlah, mutu, dan cara penyimpanannya. Adapun tempat atau
gudang penyimpanan harus memenuhi syarat antara lain harus bersih, tentutup,
sirkulasi udara baik, tidak lembab, penerangan cukup bila diperlukan, sinar
matahari tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang, konstruksi dibuat
sedemikian rupa sehingga serangga atau tikus tidak dapat Ieluasa masuk, tidak
mudah kebanjiran serta terdapat alas dari kayu yang baik (hati-hati
karena balok kayu sangat disukai rayap) atau bahan lain untuk meletakkan
simplisia yang sudah dipakai tadi. (Anonim,1992)
Daun sirsak (Annona
muricata L.)
Sirsak
adalah salah satu tanaman tropis dengan tinggi sekitar 4-5 m yang berdaun
lebar, mengkilap, dan berwarna hijau tua.
Sistematika
daun sirsak adalah sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Sub Divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Bangsa :
Polycarpiceae
Suku : Annonaceae
Marga : Annona
Jenis : Annona muricata L. (Anonim,1990)
Tumbuhan
sirsak (Annona muricata L.) termasuk dalam familia Annonaceae. Daun
sirsak kaya akan metabolit sekunder yang bermanfaat sebagai obat. Masyarakat memanfaatkan
daun sirsak untuk mengobati berbagai macam penyakit, bahkan rebusan daun sirsak
dikatakan dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk penyakit kanker.
III.
METODE
KERJA
3.1
Alat
a.
Baskom
Kegunaan : Untuk membersihkan
bagian (Daun
Sirsak)
Spesifikasi : tersedia
dalam berbagai ukuran.
b.
Gunting
Kegunaan : untuk
memotong bahan simplisia.
c.
Pot salep
Kegunaan : untuk
menyimpan simplisia.
Spesifikasi : tersedia
dalam berbagai ukuran, terbuat dari plastik.
d.
Neraca analitik
Kegunaan : untuk
mengukur massa suatu zat baik padat maupun cair.
Spesifikasi : memiliki
warna yang beragam.
3.2
Bahan
a. Annona
muricata Folium
(Daun Sirsak)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub
Divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Polycarpiceae
Suku
: Annonaceae
Marga
: Annona
Jenis : Annona muricata L
IV.
PROSEDUR
KERJA
Persiapan
sampel tanaman :
1. Pengumpulan
bahan baku Annona
muricata Folium
(Daun Sirsak)
2. Sortasi
Basah : Untuk memisahkan kotoran atau bahan asing dari bahan simplisia Annona muricata Folium (Daun Sirsak)
3. Pencucian
: Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada Annona muricata Folium (Daun Sirsak) dibersihkan di baskom menggunakan air bersih.
4. Perajangan
: Bagian tanaman Annona
muricata Folium
(Daun Sirsak) dipotong kecil-kecil menggunakan gunting atau cutter agar
memudahkan dalam pengeringan.
5. Pengeringan
: Pengeringan Annona
muricata Folium
(Daun Sirsak) yang telah dirajang dilakukan
kurang lebih selama 2 hari dilakukan dibawah sinar matahari ditutup dengan
kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu.
(Tujuannya agar kadar air berkurang dan
dapat disimpan lebih lama).
6. Sortasi
Kering : Untuk memindahkan benda asing dan pengotor lainnya yang masih
tertinggal di simplisia Annona muricata Folium (Daun Sirsak).
7. Menimbang
simplisia Annona muricata
Folium (Daun
Sirsak) yang
sudah dikeringkan .Menghitung
susut pengeringan dari Annona
muricata Folium
(Daun Sirsak).
V. HASIL
Berat awal : 150 gram
Berat akhir : 100,98 gram
Susut
pengeringan : 100,98 gram X 100 % = 66,66 %
150 gram
VI.
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan
percobaan persiapan sampel tanaman dari simplisia Annona
muricata Folium
(Daun Sirsak). Simplisia adalah bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1979).
Dalam percobaan persiapan simplisia tanaman ini mula-mula dilakukan
pencarian bahan baku yang kemudian dilakukan sortasi basah. Bahan baku ialah simplisia Annona
muricata Folium
(Daun Sirsak). Dalam
pembuatan simplisia, kualitas bahan baku simplisia merupakan faktor yang
penting yang perlu diperhatikan.
Proses Pembuatan Simplisia kemudian sortasi basah perlu dilakukan pemisahan dan pembuangan bahan organik
asing atau tumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku
simplisia juga harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan tanah,
kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga atau bagiannya) kemudian lanjut ke proses berikutnya
yaitu pencucian jangan menggunakan
air sungai, karena cemarannya berat. Sebaiknya digunakan air
dari mata air, sumur, atau air ledeng. Setelah dicuci ditiriskan agar kelebihan
air cucian mengalir yang dilakukan untuk menghilangkan
tanah dan pengotor lainnya yang melekat. Setelah itu dilakukan perajangan
terhadap sampel simplisia daun sirsak. Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses
pengeringan berlangsung lebih cepat, perajangan dapat dilakukan dengan
memotong bagian tanaman menjadi bagian yang lebih kecil yang akan memudahkan
dalam proses pengeringan. Setelah sampel simplisia daun sirsak dilakukan perajangan, sampel
dikeringkan dibawah sinar matahari ditutup
dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu selama 2 hari. Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia
sehingga simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan
menghindari teruainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang
cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Tahapan yang terakhir yaitu sortasi
kering, dimana dilakukan pemisahan benda asing dan pengotor lain yang masih
tertinggal di simplisia. Simplisia
yang telah dikeringkan kemudian ditimbang dengan tujuan agar mengetahui susut
pengeringan yang diakibatkan dari proses yang telah diuraikan diatas kemudian
proses Penyimpanan harus teratur,
rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling mencemari satu sama lain,
serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan pemeliharaannya. Simplisia
yang telah dikeringkan akan memudahkan praktikan untuk melakukan tahapan proses selanjutnya yaitu mengekstrak
simplisia dengan metode maserasi dan perkolasi
VII.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a) Dalam
mempersiapkan sampel tanaman dilakukan dalam beberapa tahapan antara lain
pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, dan
sortasi kering, pengemasan,pelabelan, penyimpanan.
b) Dalam
melakukan tahapan- tahapan persiapan sampel tanaman harus diperhatikan
persyaratan yang tertera agar tidak merusak kualitas simplisia.
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.1990.Materia Medika Indonesia Jilid I-VI,
Dep. Kes. R.I.Jakarta.
Anonim.1990.Cara Pembuatan Simplisia.Dep. Kes. R.I.Jakarta.
Anonim.1992.Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Dep. Kes. R.I.
Jakarta.
Departemen
Kesehatan R.I.1985.Cara Pembuatan
Simplisia.Dirwas Obat Tradisional.Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar