Rabu, 08 Juni 2016

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL_PRAKTIKUM 3 _FORMULASI SEDIAAN SALEP MATA



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL


PRAKTIKUM 3
FORMULASI SEDIAAN SALEP MATA

Description: G:\logo farmasi.jpg
Add caption
Nama                           : Norhayati
Nim                             : DF14009
Tanggal Praktikum      : 18 Maret 2016
Asisten Praktikum       : Tia Fajar Safariana, Amd.Far
Dosen Pengampu        : Aristha Novyra Putri, S.Farm., M.Farm., Apt.

Nilai Kerja :
Nilai Laporan :



  

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI STERIL
PROGRAM STUDI D-3 FARMASI
SEKOLAH TINGGI FARMASI BORNEO LESTARI BANJARBARU
2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara memformulasikan sediaan salep mata, mengetahui faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan basis, serta aksi teraupetik dari bahan aktif.

1.2         Dasar Teori
1.      Definisi  
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim, 1995, hal: 12). Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 2000). Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata.
Berbeda dengan salep dermatologi salep mata yang baik yaitu :
1.    Steril 
2.    Bebas hama/bakteri
3.    Tidak mengiritasi mata
4.    Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
5.    Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,1989)
Obat salep mata harus steril berisi zat antimikrobial preservative, antioksidan, dan stabilizer. Menurut USP XXV, salep berisi chlorobutanol sebagai antimikrobial dan perlu bebas bahan partikel yang dapat mengiritasi dan membahayakan jaringan mata. Sebaliknya, dari EP (2001) dan BP (2001) ada batasan ukuran partikel, yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh mengandung atau mempunyai partikel > 90 nm, tidak boleh lebih dari 2 partikel > 50nm, dan tidak boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).
2.      Keuntungan dan kerugian
Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Salep mata dapat mengganggu penglihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur (Remington Pharmaceutical Science, hal.1585).
3.      Basis salep mata
Dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata. Dasar salep mata yang digunakan juga harus bertitik lebur yang mendakati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari petroletum dan cairan petrolatum (minyak mineral) dimanfaatkan sebagai dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang bercampur dengan air seprti lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal in memungkinkan air dan obat yang tidak larut dalam air bartahan selama sistem penyampaian (Ansel,1989). Oculenta, sebagai bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar absorpsi atau dasar salep larut air. Semua bahan yang dipakai untuk salep mata harus halus, tidak enak dalam mata. Salep mata terutama untuk mata yang luka. Harus steril dan diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti maka harus dibuat saksama. Syarat oculenta adalah:
1.    Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.
2.    Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata.
3.    Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.
4.    Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril
(Anief, 2000, hal: 117).
4.      Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyediakan Sediaan Salep Mata :
a.    Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ. (Remingthon pharmauceutical hal. 1585).
b.    Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan uji dibawah LAF.
c.    Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secar tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik (lihat bahan tambahan seperti yang terdapat pada uji salep mata.
5.      Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan perlindungan tehadap cahaya yang baik.

1.3         Monografi Bahan
1.     Kloramfenikol (Farmakope Indonesia edisi IV halaman 189 ;FI III hal    144).
Rumus molekul
C11H12Cl2N2O5
Berat Molekul
323,13
Rumus Struktur
Description: https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSSQY3mJS19m1H3Ro8BX2Sk8wpW7lqjtdxXxXOUNb2mWxY19BWwHQ
Pemerian
Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng   memanjang,            putih hingga putih  kelabu atau putih kekuningan.
Kelarutan
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etenol, dalam propilena glikol.
Titik Lebur
Antara 1490C dan 1530 C.
pH    
Antara 4,5 dan 7,5.
OTT
Endapan segera terbentuk bila kloramfenikol 500 mg dan eritromisin 250 mg atau tetrasiklin Hcl 500 mg dan dicampurkan dalam 1 liter larutan dekstrosa 5%.
Stabilitas
Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2-7, suhu 25oC dan pH mempunyai waktu paruh hampir 3 tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa. Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam basis minyak dalam air, basis adeps lanae.
Dosis
Dalam salep 1 %
Khasiat
Antibiotik, antibakteri  (gram positif, gram negatif, riketsia, klamidin), infeksi meningitis
Indikasi
Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap kloramfenikol.
Efek Samping
Kemerahan kulit angioudem, urtikaria dan   anafilaksis.
Penetapan Kadar
Sejumlah salep mata yang ditimbang seksama setara dengan 10 mg kloramfenikol, larutkan dalam 50 ml eter minyak tanah P. Sari berturut turut dengan 50 ml, 50 ml, 50 ml, dan 30 ml air. Kumpulkan sari, encerkan dengan air secukupnya hingga 200 ml, campur, saring, buang 20 ml filtrat pertama, encerkan. Encerkan 10 ml filtrate dengan air secukupnyua hingga 50 ml. ukur serapan-1cm larutan pada maksimum lebih kurang 278 nm. Hitung kadar C11H12Cl2N2O5 ; A (1%,1cm) pada maksimum lebih kurang 278 nm adalah 298. (FI III hal 144).
Penyimpanan
Wadah tertutup rapat

2.Adeps Lanae/ Lanolin
Lanolin adalah zat berupa lemak yang dimurnikan diperoleh dari bulu domba yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25 %. Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari 0.02 %. Penambahan air dapat dicampurkan ke dalam lanolin dengan pengadukan.
Pemerian 
Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau k Zat serupa lemak, liat, lekat, kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya, bau lemah dan khas.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam kloroform dan dalam eter.
Jarak lebur 
Antara 38oC dan 44oC
Khasiat
Zat tambahan
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu kamar terkendali.
      
3.Paraffin Liquidum (Handbook of Pharmaceutical Excipients)
Pemerian
Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan
Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air. Larut dalam jenis minyak lemak hangat.
Stabilitas
Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat
Laksativ (pencahar)
Dosis
Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari
HLB Butuh
10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)
OTT
Dengan oksidator kuat
Penyimpanan
Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk

4.Vaseline Flavum
Nama Lain
Petrolatum
Pemerian
Berwarna kuning hingga kuning pucat, bermassa ringan, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan
Tidak larut dalam aseton, ehanol panas dan digin, gliserin serta air; Larut dalam benzene, karbon disulfit, kloroform, eter, heksane, dan minyak volatile.
Fungsi
Emollient, Basis Ointment
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat

1.4         Pengatasan Masalah
1.      Kloramfenikol dicampurkan dalam basis lemak, digerus dalam mortir hingga halus, baru ditambahakan basis sedikit demi sedikit.
2.      Untuk membuat basis salep yang lebih lembut, dilakukan penggantian 10% vaselinum flavum dengan parafin cair.

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1     Formulasi Sediaan
          R/           Kloramfenikol                                     0,02 gr
                                    Lanolin                                                0,2 gr
                                    Liquid paraffin                                    0,2gr
Vaseline flavum                                  1,58 gr

2.2      Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1.      Aluminium foil
2.      Botol serbuk
3.    Kaca arloji 3 cm
4.      Kaca arloji 7 cm
5.      Pengaduk
6.      Pinset
7.      Sendok porselen
8.      Tutup botol/tutup aluminium
2.2.2 Bahan 
1.      Air
2.      Alkohol 70%
3.      Kloramfenikol
4.      Vaselin flavum
5.      Paraffin cair
6.      Adeps lanae

2.3     Cara Kerja
1.      Disterilisasi semua alat yang akan digunakan terlebih dahulu.
2.      Ditimbang masing-masing bahan sesuai dengan bobot penimbangannya.
3.      Diletakan basis salep (Lanolin, Paraffin Cair Dan Vaselin Flavum) pada Cawan Porselen yang telah dilapisi kasa steril.
4.      Dileburkan basis salep dalam oven pada suhu 600C selama 60 menit.
5.      Diaduk pertama lelehan basis hingga semua basis meleleh sempurna dan tercampur sampai homogen.
6.      Digerus Kloramfenikol di dalam mortir hingga halus.
7.      Dimasukan sedikit demi sedikit kedalam mortir yang telah berisikan Kloramfenikol kemudian diaduk hingga homogen.
8.      Ditimbang campuran bahan sebanyak 2 gram lalu dimasukan ke dalam tube yang telah disiapkan.
9.      Diberi etiket tube yang telah berisikan salep lalu dimasukan kedalam kemasan.

2.4     Evaluasi Sediaan
1.        Organoleptis
Warna     : Kuning pucat
Bau         : Tengik
2.        Homogenitas
Homogen (tidak ada partikel-partikel kecil  yang terlihat pada pengujian)
3.        Uji daya sebar
a.         Beban 50    = 3,6
b.         Beban 100  = 3,9
c.         Beban 150  = 4,2
4.        Pengukuran pH
pH sediaan salep mata 6.

 BAB III
HASIL PERCOBAAN

3.1     Hasil Sterilisasi Alat
No.
Nama Alat
Jumlah
Ukuran
Sterilisasi
Waktu
1
Kaca Arloji
2
Ø 7 cm
Oven – 1800 C
d30’
2
Kaca Arloji
1
Ø 3 cm
Oven – 1800 C
30’
3
Pengaduk
2

Oven – 1800 C
30’
4
Pinset
2

Oven – 1800 C
30’
5
Sendok porselen
1

Oven – 1800 C
30’
6
Botol Serbuk
2

Oven – 1800 C
30’
7
Tutup botol / tutup alumunium
2

Oven – 1800 C
30’










            Waktu Pengeringan                             : 15 menit
            Oven
1.      Waktu pemanasan                         : 23 menit
2.      Waktu kesetimbangan                   : 0 menit
3.      Waktu pembinasaan                      : 30 menit
4.      Waktu tambahan jaminan steril     : 0 menit
5.      Waktu pendinginan                       : 15 menit
Total Waktu              : 68 menit
            Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 10:00         
3.2    Sterilisasi sediaan
Sterilisasi sediaan menggunakan metode panas kering (oven)
1.        Waktu pemanasan                          : 52 menit
2.        Waktu kesetimbangan                    : 20 menit
3.        Waktu pembinasaan                       : 30 menit
4.        Waktu tambahan jaminan steril      : 10 menit
5.        Waktu pendinginan                                    : 15 menit
Total Waktu                          : 107 menit
Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 10:00
3.3    Perhitungan
a.         Daya Sebar Salep Tanpa Beban
Luas Lingkaran
= 3.14 X 2,52
= 19,625 Cm2
Daya Sebar =
             T
      = 0,5g X 19,626Cm2
60 sekon
      = 0,163 g.Cm2/sekon

b.        Daya Sebar Salep dengan Beban 50g
Luas Lingkaran
                                = 3.14 X 3,32
                                = 34,1946 Cm2
Daya Sebar =
                                  T
                         = 0,5g X 34,1946Cm2
                                    60 sekon
                         = 0,284 g.Cm2/sekon

c.         Daya Sebar Salep dengan Beban 100 g
Luas Lingkaran
                               = 3.14 X 3,52
                               = 38,465 Cm2
    Daya Sebar =
                               T
                        = 0,5g  X 38,465Cm2
                                  60 sekon
                        = 0,320 g.Cm2/sekon


d.        Daya Sebar Salep dengan Beban 150g
Luas Lingkaran
= 3.14 X 42
                              = 50,24 Cm2
Daya Sebar =
                               T
                        = 0,5g  X 50,24Cm2
                                    60 sekon
                        = 0,418 g.Cm2/sekon

 3.4     Desain Kemasan

Description: capture-20160321-203740.png
         
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum ini melakukan praktikum “Formulasi Sediaan Salep Mata” yang bertujuan mahasiswa diharapkan dapat memahami cara memformulasikan sediaan salep mata, mengetahui faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan basis, serta aksi teraupetik dari bahan aktif. Oculenta atau yang biasa disebut salep mata, adalah sediaan setengah padat. Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Perlu diketahui bahwa Syarat oculenta atau salep mata seperti tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar, dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata, obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan, salep mata harus steril dan disimpan dalam  tube yang steril.
Pada praktikum salep mata ini bahan yang digunakan yaitu Klormfenikol, Lanolin atau Adeps Lanae, Paraffin Liquid atau Paraffin Cair Dan Vaselin Flavum. Pertama dengan menimbang Kloramfenikol sebanyak 0,02 gram, Lanolin sebanyak 0,2 gram, Paraffin Cair sebanyak 0,2 gram dan Vaselin Flavum  sebayak 1,58 gram. Selanjutnya basis salep (Lanolin, Paraffin Cair, Vaselin Flavum) dileburkan pada cawan porselen kemudian leburkan dalam oven pada suhu 600C elama 60 menit, setelah meleleh gerus Kloramfenikol pada mortar, selanjutnya campurkan Kloramfenikol dengan basis yang telah meleleh sempurna sampai homogen, timbang 2 gram dan masukan dalam tube dan beri etiket. Sebelum campuran bahan yang di campur dimasukan ke dalam tube terlebih dahulu lakukan evaluasi sediaan salep mata, dari uji organoleptis salep mata yang dibut berwara kuning pucat, berbau khas, dari uji homogenitas salep mata yag dibuat homogen, dari uji daya sebar dihasilkan daya sebar salep tanpa beban yaitu 0,163 g.Cm2/sekon, daya sebar salep dengan beban 50 gram yaitu 0,284 g.Cm2/sekon, daya sebar salep dengan beban 100 gram yaitu 0,320 g.Cm2/sekon, daya sebar salep dengan beban 150 gram 0,418 g.Cm2/sekon, dari uji pH yang dilakukan salep mata yag dibuat memiliki pH 6 dimana batas normal pH salep mata yaitu pH 7.
Keuntungan utama suatu salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah waktu kontak antara obat dengan mata yang lebih lama. Sediaan salep mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Satu kekurangan bagi pengguna salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan meyebar melalui lensa mata. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan sediaan salep mata, adalah sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ, kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan uji dibawah LAF (Laminar Air Flow), salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik, Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan, Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaiannya sampai tingkat yang minimum.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (Depkes RI, 1995). Dasar salep yang dimanfaatkan untuk salep mata harus memiliki titik lebur atau titik melumer mendekati suhu tubuh, tidak menimbulkan alergi, serta tidak bersifat hidrofilik sehingga tidak mudah tercuci oleh air mata.

BAB V
KESIMPULAN

1.         Basis salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat.
2.         Pembuatan salep mata harus berlangsung pada kondisi aseptik untuk menjamin kemurnian mikrobiologi yang disyaratkan. Hal itu mensyaratkan, bahwa basis salep yang digunakan sedapat mungkin dapat disterilkan.
3.         Salep mata Kloramfenikol untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksternal yang disebabkan bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. ( 2000). Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan ke- 9. Yogyakarta: Gajah Mada University- Press, Halaman 32 80.

Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi Keempat.Jakarta:Departemen Kesehaan RI.

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed ke 4. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Gennaro, A. R., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th ed, Vol. II, Mack Publsihing Company, Pennsylvania, 1016.

Parikh, D.M., 1997, Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology, 2nd Edition, 61, Marcel Dekker Inc., New York.



LAMPIRAN

Peleburan basis salep mata
 
Description: D:\NR.ARNY\STF\Semester 4\Foto Lampiran\TSS-Formulasi Sediaan Salep Mata (8).jpg


Uji Daya Sebar
 
Description: D:\NR.ARNY\STF\Semester 4\Foto Lampiran\TSS-Formulasi Sediaan Salep Mata (7).jpg


Uji pH
 
Description: D:\NR.ARNY\STF\Semester 4\Foto Lampiran\TSS-Formulasi Sediaan Salep Mata (11).jpg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar